Proposal Penelitian R & D
1. Pengertian Menulis
Menulis berarti menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik suatu bahasa yang dipahami seseorang,
sehingga orang lain dapat membaca dan memahami makna yang dikandung lambang-lambnag
grafik tersebut.
Pada prinsipnya fungsi utama
tulisan adalah sebagai alat komunikasi
yang tidak langsung. Selain itu, menulis juga dapat membantu dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dalam menanggapi dan memecahan masalah yang dihadapi.
Menurut D’ Angelo (dalam Salam, 2009: 40) salah satu prinsip menulis yang penting
yang harus dikuasai leh penulis adalah penemuan, penyusunan, dan gaya
memaparkan ide dalam bentuk tulisan.
Weiss (dalam Salam, 2009: 40)
menyatakan bahwa kegiatan menulis pada dasarnya adalah suatu bentuk kegiatan
berpikir yang membangkitkan pengetahuan dan pengalaman seseorang yang tersimpan
dalam alam bawah sadar.
2. Tujuan Menulis
Menurut D’ Angelo (dalam Salam, 2009: 2-3) tujuan
penulisan dibagi menjadi empat tujuan utama, yaitu:
1) Tulisan yang bertujuan memberitahukan atau mengajar
disebut wacana informatif (informative discourse)
2) Tulisan yang bertujuan meyakinkan atau mendesak
disebut wacana persuasif (persuasive discourse)
3) Tulisan yang bertujuan menghibur/ menyenangkan atau
yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan (literary
discourse)
4) Tulisan yang bertujuan mengekspresikan perasaan dan
emosi disebut wacana ekspresif (expressie discourse).
3. Manfaat Menulis
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari aktifitas
menulis, seorang ahli, Dr. Pennebaker seperti dikutip Hernowo (dalam Komaidi
2003:54) menyebutkan beberapa manfaat aktifitas menulis kalau dilakukan oleh
seseorang antara lain:
a.
Menulis menjernihkan pikiran. Dengan menulis seseorang dilatih untuk
memetakan persoalan yang rumit. Dengan menulis orang bisa menyelesaikan masalah
dengan pikiran yang tenang dan jernih.
b.
Menulis mengatasi trauma. Dengan menulis seorang bisa mengurangi trauma
masa lalu. Berusaha melupakan dan menyederhanakan bahkan melihat dari sudut
pandang kelucuannya. Sehingga bisa melihat hidup secara lebih luas dan tidak
picik.
c.
Menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru. Dengan menulis
seseorang terlatih untuk mengingat atau mengabadikan informasi atau peristiwa
masa lalu yang telah terjadi. Bahkan bisa diinformasikan kepada orang lain
secara lebih luas.
d.
Menulis membantu memecahkan masalah. Dengan menulis seseorang bisa melihat
segala permasalahan dengan kepala dingin, pikiran tenang, dengan memetakan dan
menyederhankan masalah kemudian mencari solusinya.
e.
Menulis-bebas
membantu kita ketika terpaksa harus menulis. Maksudnya, dengan menulis-bebas
yang bisa dilakukan, seseorang akan terlatih dalam kondisi apapun terutama saat
terpepet. Dia terbiasa menuangkan gagasan dan pendapat sehingga dalam waktu
mendesak ia mampu menulis dengan sistematis dan runtut.
4. Pengertian Teks
Halliday dan Ruqaiyah (1992) menyebutkan bahwa teks
merupakan jalan menuju pemahaman tentang bahasa. Itu sebabnya, teks menurutnya
merupakan bahasa yang berfungsi atau bahasa yang sedang melaksanakan tugas
tertentu dalam konteks situasi. Semua contoh bahasa hidup yang mengambil bagian
tertentu dalam konteks situasi disebut teks. Dengan demikian, teks, seperti
dinyatakan Halliday dan Ruqaiyah dalam Mahsun (2014: 1) merupakan ungkapan
pernyataan suatu kegiatan sosial yang bersifat verbal.
Selain itu, karena teks digunakan untuk pernyataan
suatu kegiatan sosial dengan struktur berpikir yang lengkap, maka setiap teks
memiliki struktur tersendiri. Sementara itu,
tujuan sosial yang hendak dicapai manusia dalam kehidupan itu beragam,
maka akan muncul beragam jenis teks dan tentunya dengan struktur teks atau
struktur berpikir yang beragam pula (Mahsun, 2014: 2).
5. Jenis Teks
Secara umum, teks dapat diklasifikasi atas teks
tunggal/genre mikro dan teks majemuk/genre makro. Istilah tunggal dan majemuk
yang disematkan pada konsep teks tunggal dan teks majemuk beranalogi pada
konsep tunggal dan majemuk pada kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat
tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola dasar kalimat inti (PDKI),
minimal memiliki subjek dan predikat untuk kalimat tunggal yang berwatak
intransitif atau memiliki subjek, predikat, dan objek untuk kalimat tunggal
yang berwatak transitif. Adapun kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki
lebih dari satu pola dasar kalimat inti (Mahsun, 2014: 15).
a. Teks
Tunggal (Genre Mikro)
Berdasarkan sudut pandang penceritaannya, genre atau
ragam teks dapat dipilah ke dalam dua kelompok besar, yaitu teks-teks yang
termasuk dalam genre sastra dan genre non sastra. Sementara itu, teks-teks
dalam kelompok genre sastra dikategorikan ke dalam genre cerita, sedangkan
teks-teks genre non sastra di kelompokkan ke dalam genre faktual dan genre
tanggapan (Mahsun, 2014: 16).
b. Teks
Majemuk (Genre Makro)
Sebagaimana halnya teks-teks tunggal, teks majemuk,
juga dapat diklasifikasikan atas dua jenis yaitu teks majemuk faktual dan teks
majemuk fiksional. Termasuk ke dalam teks-teks kelompok majemuk yang bersifat
faktual adalah teks akademik seperti usul/proposal penelitian, laporan
penelitian, skripsi, tesis, disertasi, makalah, artikel ilmiah, buku dan
lain-lain, sedangkan teks majemuk yang bersifat fiksional misalnya novel
(Mahsun, 2014: 36).
B. Teks Laporan Observasi
1. Pengertian Laporan Observasi
Teks laporan adalah
teks yang berisi penjabaran umum / melaporkan sesuatu berupa hasil dari
pengamatan (observasi). Teks laporan (report) ini juga disebut teks klasifikasi
karena memuat klasifikasi mengenai jenis-jenis sesuatu berdasarkan kriteria
tertentu. Jenis teks ini mendeskripsikan atau menggambarkan bentuk, ciri, atau
sifat umum (general) seperti benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau
peristiwa yang terjadi di alam semesta kita.
Ciri-ciri teks laporan hasil
observasi :
1)
Harus mengandung fakta
2)
bersifat objektif
3)
harus ditulis sempurna dan lengkap
4)
tidak memasukkan hal-hal yang
menyimpang, mengandung prasangka, atau pemihakan
5)
disajikan secara menarik, baik dalam
hal tata bahasa yang jelas, isinya berbobot, maupun susunan logis.
2.
Langkah-langkah
Penyusunan Teks Laporan Hasil Observasi:
1)
Membuat judul laporan yang benar
sesuai dengan pengamatan yang dilakukan.
2)
Menyusun kalimat pembukaan.
3)
Menyusun isi laporan yang berisi
gagasan-gagasan pokok dan saran yang disertai alasan terhadap laporan hasil
pengamatan.
4)
Menulis kalimat penutup.
C. Pengertian Model Pembelajaran
Pengertian Model oleh Mills (dalam Thamrin, 2013: 33) adalah bentuk
representasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran
menurut Reigeluth (dalam Thamrin, 2012: 33) merupakan komponen-komponen strategis
pembeajaran yang terintegrasi, termasuk di dalamnya ide/ gagasan pembelajaran
yang dirangkaikan dengan cara tertentu, penggunaan tinjauan umum dan
rangkuman-rangkumannya, penggunaan contoh, latihan, dan penggunaan strategi
untuk memotivasi peserta didik.
Istilah model menurut Joyce (dalam Thamrin, 2012: 34) menyatakan bahwa
model pembeajara adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan
guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Setiap
model pembelajaran memiliki unsur-unsur sebagaimana berikut ini:
1.
Sintakmatik,
merupakan tahapan kegiatan dari suatu model pembelajaran.
2.
Sistem Sosial,
situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam masyarakat pebelajar.
3.
Prinsip Reaksi,
pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan
memmmperlakukan para pelajar.
4.
Sitem Pendukung,
segala sarana, bahan, dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model.
5.
Dampak
Intsruksional, hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para
siswa pada tujuan yang diharapkan. dan Pengiring, hasil belajar lainnya yang
dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran tanpa pengaruh langsung oleh guru.
D. Model Pembelajaran Picture and Picture
1.
Pengertian
Model Pembelajaran Picture and Picture
Model pembelajaran picture
and picture merupakan sebuah model dimana guru menggunakan alat bantu atau
media gambar untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk
aktif belajar. Dengan menggunakan alat bantu atau media gambar, diharapkan
siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan dalam kondisi yang
menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik
dan mampu meresap dalam hati, serta dapat diingat kembali oleh siswa. Picture and Picture adalah suatu
metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis.
2. Prinsip Model Pembelajaran
Picture and Picture
Prinsip dasar dalam model
pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1.
Setiap
anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
2.
Setiap
anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3.
Setiap
anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
4.
Setiap
anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5.
Setiap
anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6.
Setiap
anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
3.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture
and Picture
Adapun langkah-langkah pelaksanaan Picture and Picture ini menurut (Agus, 2009: 125) yaitu:
1. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai
2. Memberikan materi pengantar
sebelum kegiatan
Penyajian
materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan
momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat
dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian
siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam
pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang
materi yang dipelajari.
3.
Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan
(berkaitan dengan materi)
4.
Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk
mengurutkan atau memasangkan gambar-gambar yang ada
Pada
langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara
langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara
adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang
harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk
diurutkan, dibuat, atau di modifikasi.
5.
Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa
dalam menentukan urutan gambar.
6.
Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi
dan menanamkan Konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Dalam
proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan
penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk
mengulangi, menuliskan atau bentuk lain.
7.
Kesimpulan
Kesimpulan dilakukan bersama dengan siswa. Guru membantu dalam proses
pembuatan kesimpulan dan rangkuman. Apabila siswa belum mengerti hal-hal apa
saja yang harus diperhatikan dalam pengamatan gambar tersebut guru memberikan
penguatan kembali tentang gambar tersebut.
4.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
Picture and Picture:
a. Kelebihan Model Pembelajaran Picture and Picture,
yaitu:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing
siswa;
2. Melatih berpikir logis dan sistematis;
3.
Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut
pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik
berpikir;
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih
baik; dan
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan
pengelolaan kelas.
b. Kekurangan Model Pembelajaran Picture and
Picture, yaitu:
1. Memakan banyak waktu;
2. Banyak siswa yang pasif;
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan
dikelas;
4.
Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja
sama dengan yang lain; dan
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya
yang cukup memadai.
E. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
1.
Pengertian
Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek
(PjBL) dapat merupakan pendekatan, strategi, atau metode pembelajaran yang
berpusat pada siswa, bersifat antardisiplin ilmu (integrasi mata pelajaran),
dan berjangka panjang.
Pembelajaran berbasis proyek
(PjBL) pada umumnya terkait dengan pembahasan permasalahan nyata, Departemen
Pendidikan New York (dalam Ridwan, 2014: 171).
Project Based Learning (PjBL)
merupakan strategi belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk mengerjakan
sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat atau
lingkungan. Permasalahan yang dikaji merupakan permasalahan yang kompleks dan
membutuhkan penguasaan berbagai konsep atau materi pelajaran dalam upaya
penyelesaiannya. Siswa dilatih untuk melakukan analisis terhadap permasalahan,
kemudian melakukan eksplorasi, mengumpulkan informasi, interpretasi, dan
penilaian dalam mengerjakan proyek yang terkait dengan permasalahan yang
dikaji.
Pembelajaran berbasis proyek atau
Project Based Learning (PjBL) dilakukan untuk memperdalam pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh dengan cara membuat karya atau proyek yang
terkait dengan materi ajar dan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta
didik.
PjBL memungkinkan siswa untuk
melakukan aktivitas belajar aintifik berupa kegiatan: 1) bertanya; 2) melakukan
pengamatan; 3) melakukan penyelidikan atau percobaab; 4) menalar; 5) menjalin
hubungan dengan orang lain dalam upaya memperoleh informasi atau data. Misalnya
proyek belajar yang dilakukan adalah menyelidiki bagaimana cara mengatasi
permasalahan sampah di sekitar sekolah, siswa harus mengamati kondisi di
lingkungan sekolah, melakukan penyelidikan tentang sumber sampah dan jenis
sampah yang ada.
2. Karakteristik Model Pembelajaran
Berbasis Proyek
Karakteristik penting PjBL menurut Thomas (dalam Ridwan,2014:173), yakni:
1.
Fokus pada permasalahan untuk
penguasaan konsep penting dalam pelajaran.
2.
Pembuatan proyek melibatkan
siswa dalam melakukan investigasi konstruktif.
3.
Proyek harus realistis.
4.
Proyek direncanakan oleh siswa.
3.
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Langkah-langkah
pembelajaran Project Based Learning (PjBL), adalah:
1. Penyajian permasalahan
Permasalahan
diajukan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan awal yang diajukan adalah
pertanyaan esensial (penting) yang dapat memotivasi siswa untuk terlibat dalam
belajar. Permasalahan yang dibahas adalah permasalahan dunia nyata yang
membutuhkan investigasi mendalam.
2. Membuat perencanaan
Guru perlu merencanakan standar
kompetensi yang akan dikaji ketika membahas permasalahan. Kompetensi yang
dikaji sebaiknya mencakup konsep penting yang ada dalam kurikulum.
3. Menyusun penjadwalan
Siswa
harus membuat penjadwalan pelaksanaan proyek yang disepakati bersama guru.
4. Memonitor pembuatan proyek
Pelaksanaan pekerjaan siswa harus dimonitor dan
difasilitasi prosesnya.
5. Melakukan penilaian
Penilaian
dilakukan secara autentik dan guru perlu memvariasikan jenis penilaian yang
digunakan. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/ waktu tertentu.
6. Evaluasi
Evaluasi
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada siswa dalam melakuakn refleksi
pembelajaran yang telah dilakukan baik secara individual maupun kelompok.
4. Kelebihan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek
Kelebihan
model pembelajaran berbasis proyek dikemukakan oleh McDonell (2007) dalam
Abidin (2013: 170) yakni bahwa model pembelajaran berbasis proyek diyakini
mampu meningkatkan kemampuan:
a.
Mengajukan pertanyaan, mencari informasi
dan menginterpretasikan informasi (visual dan tekstual) yang mereka lihat,
dengar, atau baca.
b.
Membuat rencana penelitian, mencatat
temuan, berdebat, berdiskusi, dan membuat keputusan.
c.
Bekerja untuk menampilkan dan
mengonstruksi informasi secara mandiri.
d.
Berbagi pengetahuan dengan orang lain,
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan mengakui bahwa setiap orang
memiliki keterampilan tertentu yang berguna untuk proyek yang sedang
dikerjakan.
e.
Menampilkan semuai disposisi intelektual
dan sosial yang penting yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dunia nyata.
Model
pembelajaran berbasis proyek juga masih dinilai memiliki kelemahan-kelemahan
sebagai berikut.
a.
Memerlukan banyak waktu dan biaya.
b.
Memerlukan banyak media dan sumber
belajar.
c.
Memerlukan guru dan peserta didik yang
sama-sama siap belajar dan berkembang.
d.
Ada kekhawatiran peserta didik hanya akan
menguasai satu topik tertentu yang dikerjakannya.
F. Pengembangan Model Pembelajaran
Research and
Development (R&D) merupakan salah satu paradigma
penelitian yang tergolong baru di Indonesia. Namun demikian, di negara-negara
maju paradigma penelitian tersebut sudah lama diterapkan guna merancang dan
mengembangkan suatu model program sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
termasuk dalam pengembangan model dalam penelitian.
Menurut Subaer (Sriwahyuni, 2003), research and development adalah kerja
kreatif yang dilakukan secara sistematis untuk menambah khasanah pengetahuan
dan memanfaatkannya untuk merancang berbagai aplikasi, sedangkan Briggs
(Sriwahyuni, 2005) model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk
mewujudkan suatu proses seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan
evaluasi. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka model pengembangan
pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan
pengembangan pembelajaran.
Proses kegiatan research
and development berlangsung secara bersiklus, melalui tahapan: (1)
pengkajian atau penelusuran awal topik-topik yang akan dikonstruksi atau direkonstruksi;
(2) pengembangan produk model dari hasil temuan yang telah dicapai; (3)
pengujicobaan model yang telah dikembangkan pada lokasi; dan dimana produk
tersebut akan digunakan; dan (4) perbaikan model sesuai dengan temuan dalam
situasi pendahuluan di lapangan.
Idealnya, siklus dari kegiatan (R&D) dilakukan secara berulang hingga ditemukan produk model
yang sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan utama dari
(R&D) adalah untuk mengembangkan model atau produk yang efektif guna
memenuhi kepentingan kegiatan program tertentu pada instansi tertentu pula.
Selanjutnya, agar produk (R&D) sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
maka model atau produk tersebut diujicobakan di lapangan kemudian direvisi
berdasarkan temuan dari studi pendahuluan dan saran dari pakar. Dengan
demikian, diperoleh tingkat keefektifan yang sesuai dengan kebutuhan. Menurut
Thiagarajan untuk suatu (R&D)
digunakan model 4-D, yaitu Definition,
Design, Development, and Dissemination. (Upu, 2005).
G. Desain Model Pembelajaran Picture
and Picture Berbasis Proyek
Desain pembelajaran pengembangan
model Picture and Picture Berbasis Proyek adalah:
1. Guru menyampaikan tujuan, motivasi, dan kompetensi
yang akan dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/ memperlihatkan gambar-gambar
kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Peserta didik mengidentifikasi permasalahan melalui
gambar-gambar yang terkait dengan materi pembelajaran.
5. Peserta didik mengurutkan gambar-gambar secara logis
dan guru menanyakan alasan urutan gambar tersebut.
6. Guru menanamkan konsep/materi sesuai kompetensi yang
akan dicapai.
7. Peserta didik membuat perencanaan proyek terkait
dengan pernyelesaian permasalahan yang diidentifikasi melalui gambar-gambar
yang telah diurutkan.
8. Peserta didik membuat proyek dengan memahami konsep
yang terkait dengan materi pelajaran.
9. Guru melakukan penilaian terhadap proyek yang
dikerjakan oleh peserta didik.
BAB III
METODE PENGEMBANGAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan
pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan, maka penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan dengan pemaparan data deskriptif kualitatif.
Pengembangan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu pengkajian
terhadap pendesainan, pengembangan, dan pengevaluasian model pembelajaran yang
harus memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan Pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 2 Sinjai Tengah pada Tahun 2015/2016 denga subjek penelitian adalah
Siswa kelas X-1.
C. Prosedur Pengembangan Model Pembelajaran
Pengembangan model
pembelajaran pada penelitian ini dibatasi hingga tahap pengembangan saja. Prosedur
pengembangan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini mengacu
pada model 4-D (four D model) oleh Tiangharjan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Define (Pendefinisian)
Kegiatan
pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pengembangan. Analisis bisa dilakukan melalui studi literature atau penelitian
pendahuluan. Thiagrajan (1974) menganalisis kegiatan yang dilakukan pada tahap define
yaitu:
a. Front and
analysis
Pada tahap ini, guru melakukan
diagnosis awal untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
b. Learner
analysis
Pada tahap ini dipelajari
karakteristik peserta didik, misalnya: kemampuan, motivasi belajar, latar
belakang pengalaman, dsb.
c. Task
analysis
Guru menganalisis tugas-tugas
pokok yang harus dikuasai peserta didik agar peserta didik dapat mencapai
kompetensi minimal.
d. Concept
analysis
Menganalisis konsep yang akan
diajarkan, menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional.
e. Specifying
instructional objectives
Tahap ini dilakukan untuk merumuskan
hasil analisis tugas dan analisis konsep menjadi indikator pencapaian hasil
belajar selanjutnya menjadi tujuan pembelajaran khusus yang merupakan dasar
dalam menyusun rancangan perangkat pembelajaran dan tes.
Dalam
konteks pengembangan bahan ajar (modul, buku, LKS), tahap pendefinisian
dilakukan dengan cara:
a.
Analisis kurikulum
Analisis
kurikulum berguna untuk menetapkan pada kompetensi yang mana bahan ajar
tersebut akan dikembangkan. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan tidak
semua kompetensi yang ada dalam kurikulum dapat disediakan bahan ajarnya.
b.
Analisis karakteristik peserta didik
Hal-hal
yang perlu dipertimbangkan untuk mengetahui karakteristik peserta didik antara
lain: kemampuan akademik individu, karakteristik fisik, kemampuan kerja
kelompok, motivasi belajar, latar belakang ekonomi dan sosial, pengalaman
belajar sebelumnya, dsb. Dalam kaitannya dengan pengembangan bahan ajar,
karakteristik peserta didik perlu diketahui untuk menyusun bahan ajar yang
sesuai dengan kemampuan akademiknya, misalnya: apabila tingkat pendidikan
peserta didik masih rendah, maka penulisan bahan ajar harus menggunakan bahasa
dan kata-kata sederhana yang mudah dipahami. Apabila minat baca peserta didik
masih rendah maka bahan ajar perlu ditambah dengan ilustasi gambar yang menarik
supaya peserta didik termotivasi untuk membacanya.
c.
Analisis materi
Analisis
materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi utama yang perlu
diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan, dan menyusunnya
kembali secara sistematis.
d.
Merumuskan tujuan
Hal ini berguna untuk membatasi peneliti supaya tidak menyimpang
dari tujuan semula pada saat mereka sedang menulis bahan ajar.
b. Design (Perancangan)
Thiagarajan membagi tahap design dalam empat kegiatan, yaitu: constructing
criterion-referenced test, media selection, format selection, initial design.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap tersebut antara lain:
1) Menyusun tes kriteria, sebagai tindakan pertama untuk mengetahui
kemampuan awal peserta didik, dan sebagai alat evaluasi setelah implementasi
kegiatan.
2) Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
karakteristik peserta didik.
3) Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan media
pembelajaran yang digunakan. Bila guru akan menggunakan media audio visual,
pada saat pembelajaran tentu saja peserta didik disuruh melihat dan
mengapresiasi tayangan media audio visual tersebut.
4) Mensimulasikan penyajian materi dengan media dan langkah-langkah
pembelajaran yang telah dirancang. Pada saat simulasi pembelajaran berlangsung,
dilaksanakan juga penilaian dari teman sejawat.
Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini dilakukan untuk
membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil analisis
kurikulum dan materi. Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, tahap ini
diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat
pembelajaran (materi, media, alat evaluasi) dan mensimulasikan penggunaan model
dan perangkat pembelajaran tersebut dalam lingkup kecil.
c. Develop (Pengembangan)
Thiagarajan membagi tahap pengembangan
dalam dua kegiatan yaitu: expert appraisal dan developmental testing.
Expert appraisal merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai
kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli
dalam bidangnya. Saran-saran yang diberikan digunakan untuk memperbaiki materi
dan rancangan pembelajaran yang telah disusun. Developmental testing merupakan
kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada
saat uji coba ini dicari data respon, reaksi atau komentar dari sasaran
pengguna model. Hasil uji coba digunakan memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki
kemudian diujikan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif.
Pada konteks pengembangan bahan ajar
(buku atau modul), tahap pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan
keterbacaan modul atau buku ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat
validasi rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan modul atau buku ajar
tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk revisi sehingga modul atau
buku ajar tersebut benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna.
Pada konteks pengembangan model
pembelajaran, kegiatan pengembangan (develop) dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Validasi model oleh ahli/pakar.
Hal-hal
yang divalidasi meliputi panduan penggunaan model dan perangkat model
pembelajaran. Tim ahli yang dilibatkan dalam proses validasi terdiri dari:
pakar teknologi pembelajaran, pakar bidang studi pada mata pelajaran yang sama,
pakar evaluasi hasil belajar.
2) Revisi model berdasarkan masukan dari para pakar pada saat
validasi.
3) Uji coba terbatas dalam pembelajaran di kelas, sesuai situasi
nyata yang akan dihadapi.
4) Revisi model berdasarkan hasil uji coba.
5) Implementasi model pada wilayah yang lebih luas. Selama proses
implementasi tersebut, diuji efektivitas model dan perangkat model yang
dikembangkan.
d. Disseminate (Penyebarluasan)
Thiagarajan membagi tahap dissemination dalam tiga kegiatan yaitu:
validation testing, packaging, diffusion and adoption. Pada tahap
validation testing, produk yang sudah direvisi pada tahap pengembangan kemudian
diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya. Pada saat implementasi
dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini dilakukan untuk
mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan. Setelah produk
diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil pencapaian tujuan. Tujuan
yang belum dapat tercapai perlu dijelaskan solusinya sehingga tidak terulang
kesalahan yang sama setelah produk disebarluaskan. Kegiatan terakhir dari tahap
pengembangan adalah melakukan packaging (pengemasan), diffusion and
adoption. Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang
lain. Pengemasan model pembelajaran dapat dilakukan dengan mencetak buku
panduan penerapan model pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku tersebut
disebarluaskan supaya dapat diserap (diffusi) atau dipahami orang lain dan
digunakan (diadopsi) pada kelas mereka.
D. Pengembangan Instrumen
Untuk mengukur pengembangan
model yang valid, praktis, dan efektif, maka diperlukan instrumen penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) lembar validasi, (2)
lembar penilaian ahli dan praktisi tentang keterlaksanaan dan keefektifan model.
Selain
itu, untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa dan guru selama
kegiatan menulis teks laporan observasi dengan model pembelajaran picture and
picture berbasis proyek, keterampilan siswa, respon siswa terhadap pembelajaran
dan pengelolaan guru dalam kegiatan belajar mengajar, maka perlu mengembangkan
instrumen. Instrumen-instrumen itu adalah sebagai berikut:
1. Tes
Penguasaan Siswa Terhadap Materi Pelajaran
Tingkat penguasaan siswa terhdap
penulisan teks laporan observasi diperoleh dengan menilai hasil penulisan teks
laporan observasi yang telah dibuat oleh siswa. Indikator yang dinilai adalah
1) Persiapan
a. Latar
Belakang
b. Perumusan
Masalah
2) Pelaksanaan
a. Keakuratan
data/informasi
b. Klengkapan
data
c. Analisis
data
d. Penarikan
kesimpulan
3) Laporan
Proyek
a. Sistematika
laporan
b. Penggunaan
bahasa
c. Ejaan
d. Tampilan
Skor
diberikan dengan rentang skor 1 sampai
5, dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses
pembuatan maka semakin tinggi nilainya.
2. Lembar
Pengamatan Aktivitas Siswa dan Guru Selama Pembelajaran.
Data aktivitas siswa dan guru selama kegiatan
pembelajaran diperoleh dengan melalui observasi di kelas. Alat yang digunakan
adalah lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran.
Aktivitas guru meliputi menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyampaikan
informasi, mengorganisasi siswa dalam kelompok, membimbing kelompok bekerja dan
belajar, mengajukan pertanyaan. Aktivitas siswa meliputi mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan guru atau siswa, mengerjakan soal latihan, diskusi dengan
teman dan guru.
3. Respon
Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran dengan model picture and picture berbasis
proyek
Data respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran menulis
teks laporan observasi diperoleh melalui angket. Angket tersebut diisi oleh
siswa setelah mengikuti pembelajaran dan selanjutnya data ini digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk memperbaiki model pembelajaran yang dikembangkan.
Respon siswa yang ditanyakan meliputi pendapat maupun
komentar siswa terhadap materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan model
pembelajaran yang diterapkan.
4. Lembar
Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Menulis Teks Laporan Obseravsi
Data pengelolaan pembelajaran menulis
teks laporan observasi meliputi data kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran. Data ini diperoleh melalui pengamatan dengan mengisi lembar
pengamatan pengelolaan pembelajaran. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk
mengamati keterampilan guru dalam menerapkan skenario model pembelajaran picture
and picture berbasis proyek yang dijabarkan dalam Rencana Pembelajaran dan juga
sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki Rencana Pembelajaran. Indikator
pengelolaan pembelajaran meliputi persiapan, pelaksanaan (pendahuluan, kegiatan
inti, penutup) dan suasana kelas (berpusat pada siswa, siswa antusias, guru
antusias).
E. Desain Penelitian
Pengembangan Uji Coba Terbatas
Desain penelitian pengembangan uji
coba terbatas digambarkan dengan alur sebagai berikut:
Gambar 3.1 Gambar Alur Penelitian
Pengembangan uji Coba Terbatas (Suradi, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2013.
Desain Pembelajaran dalam Konteks
Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.
Komaidi, Didik. 2011. Panduan Lengkap Menulis Kreatif Teori dan Praktek. Yogyakarta:
Sabda Media.
Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kurikulum 2013. Jakarta: Rajawali Pers.
Paelori, Thamrin dan Rahman Rahim. 2012. Bunga
Rampai Pembelajaran. Makassar: Membumi Publishing.
Salam. 2009. Penalaran dalam Karya Tulis
Ilmiah. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Salam.
2009. Pendidikan Penulisan Kreatif. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran
Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Suradi,
2006. Apa dan Bagaimana Mengembangkan Perangkat Pembelajaran? Makalah. Jurusan Pendidikan Matematika
FMIPA UNM Makassar .
kak, proposal ini dibuat artikel ilmiah nggak ya?
ReplyDelete