Proposal Penelitian R & D

https://pixabay.com/

A.  Hakikat Menulis
1.      Pengertian Menulis
Menulis berarti menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik suatu bahasa yang dipahami seseorang, sehingga orang lain dapat membaca dan memahami makna yang dikandung lambang-lambnag grafik tersebut.
Pada prinsipnya fungsi utama tulisan adalah  sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Selain itu, menulis juga dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam menanggapi dan memecahan masalah yang dihadapi. Menurut D’ Angelo (dalam Salam, 2009: 40) salah satu prinsip menulis yang penting yang harus dikuasai leh penulis adalah penemuan, penyusunan, dan gaya memaparkan ide dalam bentuk tulisan.
Weiss (dalam Salam, 2009: 40) menyatakan bahwa kegiatan menulis pada dasarnya adalah suatu bentuk kegiatan berpikir yang membangkitkan pengetahuan dan pengalaman seseorang yang tersimpan dalam alam bawah sadar.
2.      Tujuan Menulis
Text Box: 5Menurut D’ Angelo (dalam Salam, 2009: 2-3) tujuan penulisan dibagi menjadi empat tujuan utama, yaitu:
1)      Tulisan yang bertujuan memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse)
2)      Tulisan yang bertujuan meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse)
3)      Tulisan yang bertujuan menghibur/ menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan (literary discourse)
4)      Tulisan yang bertujuan mengekspresikan perasaan dan emosi disebut wacana ekspresif (expressie discourse).
3.      Manfaat Menulis
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari aktifitas menulis, seorang ahli, Dr. Pennebaker seperti dikutip Hernowo (dalam Komaidi 2003:54) menyebutkan beberapa manfaat aktifitas menulis kalau dilakukan oleh seseorang antara lain:
a.       Menulis menjernihkan pikiran. Dengan menulis seseorang dilatih untuk memetakan persoalan yang rumit. Dengan menulis orang bisa menyelesaikan masalah dengan pikiran yang tenang dan jernih.
b.      Menulis mengatasi trauma. Dengan menulis seorang bisa mengurangi trauma masa lalu. Berusaha melupakan dan menyederhanakan bahkan melihat dari sudut pandang kelucuannya. Sehingga bisa melihat hidup secara lebih luas dan tidak picik. 
c.       Menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru. Dengan menulis seseorang terlatih untuk mengingat atau mengabadikan informasi atau peristiwa masa lalu yang telah terjadi. Bahkan bisa diinformasikan kepada orang lain secara lebih luas.
d.      Menulis membantu memecahkan masalah. Dengan menulis seseorang bisa melihat segala permasalahan dengan kepala dingin, pikiran tenang, dengan memetakan dan menyederhankan masalah kemudian mencari solusinya.
e.       Menulis-bebas membantu kita ketika terpaksa harus menulis. Maksudnya, dengan menulis-bebas yang bisa dilakukan, seseorang akan terlatih dalam kondisi apapun terutama saat terpepet. Dia terbiasa menuangkan gagasan dan pendapat sehingga dalam waktu mendesak ia mampu menulis dengan sistematis dan runtut.
4.      Pengertian Teks
Halliday dan Ruqaiyah (1992) menyebutkan bahwa teks merupakan jalan menuju pemahaman tentang bahasa. Itu sebabnya, teks menurutnya merupakan bahasa yang berfungsi atau bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi. Semua contoh bahasa hidup yang mengambil bagian tertentu dalam konteks situasi disebut teks. Dengan demikian, teks, seperti dinyatakan Halliday dan Ruqaiyah dalam Mahsun (2014: 1) merupakan ungkapan pernyataan suatu kegiatan sosial yang bersifat verbal.
Selain itu, karena teks digunakan untuk pernyataan suatu kegiatan sosial dengan struktur berpikir yang lengkap, maka setiap teks memiliki struktur tersendiri. Sementara itu,  tujuan sosial yang hendak dicapai manusia dalam kehidupan itu beragam, maka akan muncul beragam jenis teks dan tentunya dengan struktur teks atau struktur berpikir yang beragam pula (Mahsun, 2014: 2).

5.      Jenis Teks
Secara umum, teks dapat diklasifikasi atas teks tunggal/genre mikro dan teks majemuk/genre makro. Istilah tunggal dan majemuk yang disematkan pada konsep teks tunggal dan teks majemuk beranalogi pada konsep tunggal dan majemuk pada kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola dasar kalimat inti (PDKI), minimal memiliki subjek dan predikat untuk kalimat tunggal yang berwatak intransitif atau memiliki subjek, predikat, dan objek untuk kalimat tunggal yang berwatak transitif. Adapun kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu pola dasar kalimat inti (Mahsun, 2014: 15).
a.    Teks Tunggal (Genre Mikro)
Berdasarkan sudut pandang penceritaannya, genre atau ragam teks dapat dipilah ke dalam dua kelompok besar, yaitu teks-teks yang termasuk dalam genre sastra dan genre non sastra. Sementara itu, teks-teks dalam kelompok genre sastra dikategorikan ke dalam genre cerita, sedangkan teks-teks genre non sastra di kelompokkan ke dalam genre faktual dan genre tanggapan (Mahsun, 2014: 16).
b.    Teks Majemuk (Genre Makro)
Sebagaimana halnya teks-teks tunggal, teks majemuk, juga dapat diklasifikasikan atas dua jenis yaitu teks majemuk faktual dan teks majemuk fiksional. Termasuk ke dalam teks-teks kelompok majemuk yang bersifat faktual adalah teks akademik seperti usul/proposal penelitian, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, makalah, artikel ilmiah, buku dan lain-lain, sedangkan teks majemuk yang bersifat fiksional misalnya novel (Mahsun, 2014: 36).

B.  Teks Laporan Observasi
1.      Pengertian Laporan Observasi
Teks laporan adalah teks yang berisi penjabaran umum / melaporkan sesuatu berupa hasil dari pengamatan (observasi). Teks laporan (report) ini juga disebut teks klasifikasi karena memuat klasifikasi mengenai jenis-jenis sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Jenis teks ini mendeskripsikan atau menggambarkan bentuk, ciri, atau sifat umum (general) seperti benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau peristiwa yang terjadi di alam semesta kita.
Ciri-ciri teks laporan hasil observasi :
1)       Harus mengandung fakta
2)       bersifat objektif
3)       harus ditulis sempurna dan lengkap
4)       tidak memasukkan hal-hal yang menyimpang, mengandung prasangka, atau pemihakan
5)       disajikan secara menarik, baik dalam hal tata bahasa yang jelas, isinya berbobot, maupun susunan logis.
2.      Langkah-langkah Penyusunan Teks Laporan Hasil Observasi:
1)      Membuat judul laporan yang benar sesuai dengan pengamatan yang dilakukan.
2)      Menyusun kalimat pembukaan.
3)      Menyusun isi laporan yang berisi gagasan-gagasan pokok dan saran yang disertai alasan terhadap laporan hasil pengamatan.
4)      Menulis kalimat penutup.

C.  Pengertian Model Pembelajaran
Pengertian Model oleh Mills (dalam Thamrin, 2013: 33) adalah bentuk representasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran menurut Reigeluth (dalam Thamrin, 2012: 33) merupakan komponen-komponen strategis pembeajaran yang terintegrasi, termasuk di dalamnya ide/ gagasan pembelajaran yang dirangkaikan dengan cara tertentu, penggunaan tinjauan umum dan rangkuman-rangkumannya, penggunaan contoh, latihan, dan penggunaan strategi untuk memotivasi peserta didik.
Istilah model menurut Joyce (dalam Thamrin, 2012: 34) menyatakan bahwa model pembeajara adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur sebagaimana berikut ini:
1.    Sintakmatik, merupakan tahapan kegiatan dari suatu model pembelajaran.
2.    Sistem Sosial, situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam masyarakat pebelajar.
3.    Prinsip Reaksi, pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memmmperlakukan para pelajar.
4.    Sitem Pendukung, segala sarana, bahan, dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model.
5.    Dampak Intsruksional, hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan. dan Pengiring, hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran tanpa pengaruh langsung oleh guru.

D.  Model Pembelajaran Picture and Picture
1.      Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture
Model pembelajaran picture and picture merupakan sebuah model dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Dengan menggunakan alat bantu atau media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik dan mampu meresap dalam hati, serta dapat diingat kembali oleh siswa.  Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis.
2.      Prinsip Model Pembelajaran Picture and Picture
Prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1.    Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.    Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3.    Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4.    Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5.    Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6.    Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

3.      Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture and Picture
Adapun langkah-langkah pelaksanaan Picture and Picture ini menurut (Agus, 2009: 125) yaitu:
1.      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai
2.      Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3.      Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi)
4.      Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan gambar-gambar yang ada
Pada langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau di modifikasi.
5.      Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan gambar.
6.      Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan Konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain.
7.      Kesimpulan
Kesimpulan dilakukan bersama dengan siswa. Guru membantu dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman. Apabila siswa belum mengerti hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pengamatan gambar tersebut guru memberikan penguatan kembali tentang gambar tersebut.

4.      Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
a.    Kelebihan Model Pembelajaran Picture and Picture, yaitu:
1.    Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa;
2.    Melatih berpikir logis dan sistematis;
3.    Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir;
4.    Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik; dan
5.    Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas.
b.    Kekurangan Model Pembelajaran Picture and Picture, yaitu:
1.    Memakan banyak waktu;
2.    Banyak siswa yang pasif;
3.    Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas;
4.    Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain; dan
5.    Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

E.  Model Pembelajaran Berbasis Proyek
1.      Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) dapat merupakan pendekatan, strategi, atau metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, bersifat antardisiplin ilmu (integrasi mata pelajaran), dan berjangka panjang.
Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) pada umumnya terkait dengan pembahasan permasalahan nyata, Departemen Pendidikan New York (dalam Ridwan, 2014: 171).
Project Based Learning (PjBL) merupakan strategi belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan. Permasalahan yang dikaji merupakan permasalahan yang kompleks dan membutuhkan penguasaan berbagai konsep atau materi pelajaran dalam upaya penyelesaiannya. Siswa dilatih untuk melakukan analisis terhadap permasalahan, kemudian melakukan eksplorasi, mengumpulkan informasi, interpretasi, dan penilaian dalam mengerjakan proyek yang terkait dengan permasalahan yang dikaji.
Pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning (PjBL) dilakukan untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dengan cara membuat karya atau proyek yang terkait dengan materi ajar dan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik.
PjBL memungkinkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar aintifik berupa kegiatan: 1) bertanya; 2) melakukan pengamatan; 3) melakukan penyelidikan atau percobaab; 4) menalar; 5) menjalin hubungan dengan orang lain dalam upaya memperoleh informasi atau data. Misalnya proyek belajar yang dilakukan adalah menyelidiki bagaimana cara mengatasi permasalahan sampah di sekitar sekolah, siswa harus mengamati kondisi di lingkungan sekolah, melakukan penyelidikan tentang sumber sampah dan jenis sampah yang ada.
2.      Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Karakteristik penting PjBL menurut Thomas (dalam Ridwan,2014:173), yakni:
1.      Fokus pada permasalahan untuk penguasaan konsep penting dalam pelajaran.
2.      Pembuatan proyek melibatkan siswa dalam melakukan investigasi konstruktif.
3.      Proyek harus realistis.
4.      Proyek direncanakan oleh siswa.

3.      Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning (PjBL), adalah:
1.      Penyajian permasalahan
Permasalahan diajukan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan awal yang diajukan adalah pertanyaan esensial (penting) yang dapat memotivasi siswa untuk terlibat dalam belajar. Permasalahan yang dibahas adalah permasalahan dunia nyata yang membutuhkan investigasi mendalam.
2.      Membuat perencanaan
Guru perlu merencanakan standar kompetensi yang akan dikaji ketika membahas permasalahan. Kompetensi yang dikaji sebaiknya mencakup konsep penting yang ada dalam kurikulum.
3.      Menyusun penjadwalan
Siswa harus membuat penjadwalan pelaksanaan proyek yang disepakati bersama guru.
4.      Memonitor pembuatan proyek
Pelaksanaan pekerjaan siswa harus dimonitor dan difasilitasi prosesnya.
5.      Melakukan penilaian
Penilaian dilakukan secara autentik dan guru perlu memvariasikan jenis penilaian yang digunakan. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/ waktu tertentu.
6.      Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada siswa dalam melakuakn refleksi pembelajaran yang telah dilakukan baik secara individual maupun kelompok.

4.      Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Kelebihan model pembelajaran berbasis proyek dikemukakan oleh McDonell (2007) dalam Abidin (2013: 170) yakni bahwa model pembelajaran berbasis proyek diyakini mampu meningkatkan kemampuan:
a.         Mengajukan pertanyaan, mencari informasi dan menginterpretasikan informasi (visual dan tekstual) yang mereka lihat, dengar, atau baca.
b.         Membuat rencana penelitian, mencatat temuan, berdebat, berdiskusi, dan membuat keputusan.
c.         Bekerja untuk menampilkan dan mengonstruksi informasi secara mandiri.
d.        Berbagi pengetahuan dengan orang lain, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan mengakui bahwa setiap orang memiliki keterampilan tertentu yang berguna untuk proyek yang sedang dikerjakan.
e.         Menampilkan semuai disposisi intelektual dan sosial yang penting yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dunia nyata.
Model pembelajaran berbasis proyek juga masih dinilai memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut.
a.         Memerlukan banyak waktu dan biaya.
b.         Memerlukan banyak media dan sumber belajar.
c.         Memerlukan guru dan peserta didik yang sama-sama siap belajar dan berkembang.
d.        Ada kekhawatiran peserta didik hanya akan menguasai satu topik tertentu yang dikerjakannya.

F.   Pengembangan Model Pembelajaran
Research and Development (R&D) merupakan salah satu paradigma penelitian yang tergolong baru di Indonesia. Namun demikian, di negara-negara maju paradigma penelitian tersebut sudah lama diterapkan guna merancang dan mengembangkan suatu model program sesuai dengan tujuan yang diharapkan, termasuk dalam pengembangan model dalam penelitian.
Menurut Subaer (Sriwahyuni, 2003), research and development adalah kerja kreatif yang dilakukan secara sistematis untuk menambah khasanah pengetahuan dan memanfaatkannya untuk merancang berbagai aplikasi, sedangkan Briggs (Sriwahyuni, 2005) model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka model pengembangan pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan pembelajaran.
Proses kegiatan research and development berlangsung secara bersiklus, melalui tahapan: (1) pengkajian atau penelusuran awal topik-topik yang akan dikonstruksi atau direkonstruksi; (2) pengembangan produk model dari hasil temuan yang telah dicapai; (3) pengujicobaan model yang telah dikembangkan pada lokasi; dan dimana produk tersebut akan digunakan; dan (4) perbaikan model sesuai dengan temuan dalam situasi pendahuluan di lapangan.
Idealnya, siklus dari kegiatan (R&D) dilakukan  secara berulang hingga ditemukan produk model yang sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan utama dari (R&D) adalah untuk mengembangkan model atau produk yang efektif guna memenuhi kepentingan kegiatan program tertentu pada instansi tertentu pula. Selanjutnya, agar produk (R&D) sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka model atau produk tersebut diujicobakan di lapangan kemudian direvisi berdasarkan temuan dari studi pendahuluan dan saran dari pakar. Dengan demikian, diperoleh tingkat keefektifan yang sesuai dengan kebutuhan. Menurut Thiagarajan untuk suatu (R&D) digunakan model 4-D, yaitu Definition, Design, Development, and Dissemination. (Upu, 2005).

G. Desain Model Pembelajaran Picture and Picture Berbasis Proyek
Desain pembelajaran pengembangan model Picture and Picture Berbasis Proyek adalah:
1.    Guru menyampaikan tujuan, motivasi, dan kompetensi yang akan dicapai.
2.    Guru menyajikan materi sebagai pengantar.
3.    Guru menunjukkan/ memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4.    Peserta didik mengidentifikasi permasalahan melalui gambar-gambar yang terkait dengan materi pembelajaran.
5.    Peserta didik mengurutkan gambar-gambar secara logis dan guru menanyakan alasan urutan gambar tersebut.
6.    Guru menanamkan konsep/materi sesuai kompetensi yang akan dicapai.
7.    Peserta didik membuat perencanaan proyek terkait dengan pernyelesaian permasalahan yang diidentifikasi melalui gambar-gambar yang telah diurutkan.
8.    Peserta didik membuat proyek dengan memahami konsep yang terkait dengan materi pelajaran.
9.    Guru melakukan penilaian terhadap proyek yang dikerjakan oleh peserta didik.









BAB III
METODE PENGEMBANGAN

A.    Jenis Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan, maka penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan pemaparan data deskriptif kualitatif. Pengembangan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu pengkajian terhadap pendesainan, pengembangan, dan pengevaluasian model pembelajaran yang harus memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

B.     Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sinjai Tengah pada Tahun 2015/2016 denga subjek penelitian adalah Siswa kelas X-1.

C.    Prosedur Pengembangan Model Pembelajaran
Pengembangan model pembelajaran pada penelitian ini dibatasi hingga tahap pengembangan saja. Prosedur pengembangan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model 4-D (four D model) oleh Tiangharjan dengan tahapan sebagai berikut:
1.    Define (Pendefinisian)
Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Analisis bisa dilakukan melalui studi literature atau penelitian pendahuluan. Thiagrajan (1974) menganalisis kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu:
Text Box: 21
 


a.      Front and analysis
Pada tahap ini, guru melakukan diagnosis awal untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
b.      Learner analysis
Pada tahap ini dipelajari karakteristik peserta didik, misalnya: kemampuan, motivasi belajar, latar belakang pengalaman, dsb.
c.       Task analysis
Guru menganalisis tugas-tugas pokok yang harus dikuasai peserta didik agar peserta didik dapat mencapai kompetensi minimal.
d.      Concept analysis
Menganalisis konsep yang akan diajarkan, menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional.
e.       Specifying instructional objectives
Tahap ini dilakukan untuk merumuskan hasil analisis tugas dan analisis konsep menjadi indikator pencapaian hasil belajar selanjutnya menjadi tujuan pembelajaran khusus yang merupakan dasar dalam menyusun rancangan perangkat pembelajaran dan tes.
Dalam konteks pengembangan bahan ajar (modul, buku, LKS), tahap pendefinisian dilakukan dengan cara:
a.       Analisis kurikulum
Analisis kurikulum berguna untuk menetapkan pada kompetensi yang mana bahan ajar tersebut akan dikembangkan. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan tidak semua kompetensi yang ada dalam kurikulum dapat disediakan bahan ajarnya.
b.      Analisis karakteristik peserta didik
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk mengetahui karakteristik peserta didik antara lain: kemampuan akademik individu, karakteristik fisik, kemampuan kerja kelompok, motivasi belajar, latar belakang ekonomi dan sosial, pengalaman belajar sebelumnya, dsb. Dalam kaitannya dengan pengembangan bahan ajar, karakteristik peserta didik perlu diketahui untuk menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan akademiknya, misalnya: apabila tingkat pendidikan peserta didik masih rendah, maka penulisan bahan ajar harus menggunakan bahasa dan kata-kata sederhana yang mudah dipahami. Apabila minat baca peserta didik masih rendah maka bahan ajar perlu ditambah dengan ilustasi gambar yang menarik supaya peserta didik termotivasi untuk membacanya.
c.       Analisis materi
Analisis materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan, dan menyusunnya kembali secara sistematis.
d.      Merumuskan tujuan
Hal ini berguna untuk membatasi peneliti supaya tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat mereka sedang menulis bahan ajar.



b.   Design (Perancangan)
Thiagarajan membagi tahap design dalam empat kegiatan, yaitu: constructing criterion-referenced test, media selection, format selection, initial design. Kegiatan yang dilakukan pada tahap tersebut antara lain:
1)   Menyusun tes kriteria, sebagai tindakan pertama untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, dan sebagai alat evaluasi setelah implementasi kegiatan.
2)   Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik.
3)   Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan media pembelajaran yang digunakan. Bila guru akan menggunakan media audio visual, pada saat pembelajaran tentu saja peserta didik disuruh melihat dan mengapresiasi tayangan media audio visual tersebut.
4)   Mensimulasikan penyajian materi dengan media dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang. Pada saat simulasi pembelajaran berlangsung, dilaksanakan juga penilaian dari teman sejawat.
Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan materi. Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat pembelajaran (materi, media, alat evaluasi) dan mensimulasikan penggunaan model dan perangkat pembelajaran tersebut dalam lingkup kecil.


c.    Develop (Pengembangan)
Thiagarajan membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan yaitu: expert appraisal dan developmental testing. Expert appraisal merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran yang diberikan digunakan untuk memperbaiki materi dan rancangan pembelajaran yang telah disusun. Developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari data respon, reaksi atau komentar dari sasaran pengguna model. Hasil uji coba digunakan memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki kemudian diujikan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif.
Pada konteks pengembangan bahan ajar (buku atau modul), tahap pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul atau buku ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan modul atau buku ajar tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk revisi sehingga modul atau buku ajar tersebut benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna.
Pada konteks pengembangan model pembelajaran, kegiatan pengembangan (develop) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)   Validasi model oleh ahli/pakar.
Hal-hal yang divalidasi meliputi panduan penggunaan model dan perangkat model pembelajaran. Tim ahli yang dilibatkan dalam proses validasi terdiri dari: pakar teknologi pembelajaran, pakar bidang studi pada mata pelajaran yang sama, pakar evaluasi hasil belajar.
2)   Revisi model berdasarkan masukan dari para pakar pada saat validasi.
3)   Uji coba terbatas dalam pembelajaran di kelas, sesuai situasi nyata yang akan dihadapi.
4)   Revisi model berdasarkan hasil uji coba.
5)   Implementasi model pada wilayah yang lebih luas. Selama proses implementasi tersebut, diuji efektivitas model dan perangkat model yang dikembangkan.

d.   Disseminate (Penyebarluasan)
Thiagarajan membagi tahap dissemination dalam tiga kegiatan yaitu: validation testing, packaging, diffusion and adoption. Pada tahap validation testing, produk yang sudah direvisi pada tahap pengembangan kemudian diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya. Pada saat implementasi dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan. Setelah produk diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil pencapaian tujuan. Tujuan yang belum dapat tercapai perlu dijelaskan solusinya sehingga tidak terulang kesalahan yang sama setelah produk disebarluaskan. Kegiatan terakhir dari tahap pengembangan adalah melakukan packaging (pengemasan), diffusion and adoption. Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Pengemasan model pembelajaran dapat dilakukan dengan mencetak buku panduan penerapan model pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap (diffusi) atau dipahami orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka.

D.    Pengembangan Instrumen
Untuk mengukur pengembangan model yang valid, praktis, dan efektif, maka diperlukan instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) lembar validasi, (2) lembar penilaian ahli dan praktisi tentang keterlaksanaan dan keefektifan model.
Selain itu, untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa dan guru selama kegiatan menulis teks laporan observasi dengan model pembelajaran picture and picture berbasis proyek, keterampilan siswa, respon siswa terhadap pembelajaran dan pengelolaan guru dalam kegiatan belajar mengajar, maka perlu mengembangkan instrumen. Instrumen-instrumen itu adalah sebagai berikut:
1.    Tes Penguasaan Siswa Terhadap Materi Pelajaran
Tingkat penguasaan siswa terhdap penulisan teks laporan observasi diperoleh dengan menilai hasil penulisan teks laporan observasi yang telah dibuat oleh siswa. Indikator yang dinilai adalah
1)   Persiapan
a.    Latar Belakang
b.    Perumusan Masalah
2)   Pelaksanaan
a.    Keakuratan data/informasi
b.    Klengkapan data
c.    Analisis data
d.   Penarikan kesimpulan

3)   Laporan Proyek
a.    Sistematika laporan
b.    Penggunaan bahasa
c.    Ejaan
d.   Tampilan
Skor diberikan dengan  rentang skor 1 sampai 5, dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya.
2.    Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dan Guru Selama Pembelajaran.
Data aktivitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran diperoleh dengan melalui observasi di kelas. Alat yang digunakan adalah lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran. Aktivitas guru meliputi menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyampaikan informasi, mengorganisasi siswa dalam kelompok, membimbing kelompok bekerja dan belajar, mengajukan pertanyaan. Aktivitas siswa meliputi mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru atau  siswa, mengerjakan soal latihan, diskusi dengan  teman dan guru.

3.    Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran dengan model picture and picture berbasis proyek
Data respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran menulis teks laporan observasi diperoleh melalui angket. Angket tersebut diisi oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran dan selanjutnya data ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki model pembelajaran yang dikembangkan.
Respon siswa yang ditanyakan meliputi pendapat maupun komentar siswa terhadap materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan model pembelajaran yang diterapkan.
4.    Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Menulis Teks Laporan Obseravsi
Data pengelolaan pembelajaran menulis teks laporan observasi meliputi data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Data ini diperoleh melalui pengamatan dengan mengisi lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengamati keterampilan guru dalam menerapkan skenario model pembelajaran picture and picture berbasis proyek yang dijabarkan dalam Rencana Pembelajaran dan juga sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki Rencana Pembelajaran. Indikator pengelolaan pembelajaran meliputi persiapan, pelaksanaan (pendahuluan, kegiatan inti, penutup) dan suasana kelas (berpusat pada siswa, siswa antusias, guru antusias).









E.     Desain Penelitian Pengembangan Uji Coba Terbatas
Desain penelitian pengembangan uji coba terbatas digambarkan dengan alur sebagai berikut:
 


















Gambar 3.1       Gambar Alur Penelitian Pengembangan uji Coba Terbatas (Suradi, 2006)


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2013. Desain Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.
Komaidi, Didik. 2011. Panduan Lengkap Menulis Kreatif Teori dan Praktek. Yogyakarta: Sabda Media.
Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: Rajawali Pers.

Paelori, Thamrin dan Rahman Rahim. 2012. Bunga Rampai Pembelajaran. Makassar: Membumi Publishing.

Salam. 2009. Penalaran dalam Karya Tulis Ilmiah. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Salam. 2009. Pendidikan Penulisan Kreatif. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Suradi, 2006. Apa dan Bagaimana Mengembangkan Perangkat Pembelajaran? Makalah. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNM Makassar.



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makalah Bahasa dan Pikiran

Resensi Novel Metamorfosis: Ketika Zona Aman Tak Lagi Nyaman

Analisis "Pendekatan Mimesis"