RESENSI KINANTI: TERLAHIR KEMBALI KARYA TASARO GK


pixabay.com

AKU PERCAYA, CINTA....

Judul Buku                  : Kinanthi: Terlahir Kembali
Penulis                         : Tasaro G.K.
Penerbit                       : PT Bentang Pustaka
Tahun Terbit                : November 2012 (Cet. 1)
Kota Terbit                  : Yogyakarta
Jumlah Halaman          : vii + 536 hlm

Tentang Penulis
Tasaro G.K. adalah penulis, pengajar, konseptor, sejak tahun 2000. Penulis menulis karya ilmiah, novel, cerita anak, nonfiksi, skenario, dan karya jurnalistik. Penulis seorang pengajar di sekolah Menulis Profesional bertempat di Grand Hotel Preanger, Bandung. Penulis juga pendiri sekaligus pengelola Institut Menulis Orasat: pelatihan menulis di alam, juga  pendiri kelompok Bermain Kampoeng Bakoe, PAUD Cuma-Cuma di Desa Cinanjung, Sumedang. Penulis kelahiran Gunung Kidul dan sekarang menetap di lereng Gunung Geulis, Sumedang.

Sinopsis
Begini cara kerja sesuatu yang engkau sebut cinta. Engkau bertemu seseorang, lalu perlahan-lahan merasa nyaman berada di sekitarnya. Jika dia dekat, engkau akan merasa utuh dan terbelah ketika dia menjauh. Keindahan adalah ketika engkau merasa ia memerhatikanmu tanpa engkau tahu. Sewaktu kemenyerahan itu meringkusmu, mendengar namanya disebut pun menggigilkan akalmu. Engkau mulai tersenyum dan menangis dalam waktu yang bersamaan tanpa mau disebut gila. Berhati-hatilah...

Kekurangan
Di awal kisah Khinanti: Terlahir kembali, kisah yang disajikan oleh penulis terkesan membosankan. Bahasa yang digunakan pun membingungkan pembaca. Latar kisah yang berada di daerah Jawa menjadikan ilustrasi novel ini banyak menggunakan bahasa Jawa yang mungkin sebagai pembaca kurang paham. Di pertengahan kisah mengajak pembaca untuk banyak menggunakan bahasa Asing (Inggris) disebabkan latar kisah tidak lagi di Negara bagian Timur tetapi telah bergeser ke New York.

Review
Kisah yang mampu mengaduk emosi pembaca, perjalanan Khinanti yang cukup panjang dan rumit dideskripsikan dalam alur pelan namun jelas. Masing-masing latar tempat dihidupkan melalui gambaran kehidupan sosial dengan paradigma masyarakatnya. Perjalanan panjang Khinanti yang dimulai dari daerah kecil di Gunung Kidul, hidup dalam keluarga yang selalu mendapat cibiran dari masyarakat disebabkan bapak Khinanti seorang tukang judi dan ibu Khinanti yang sering menikah. Khinanti masih duduk di Sekolah Dasar memiliki seorang teman akrab yang bernama Ajuj. Ajuj-lah yang menjadi pelindung Khinanti ketika seluruh masyarakat di Desa itu memandang Khinanti sebelah mata. Cinta anak SD pun tumbuh antara Khinanti dan Ajuj. Namun orangtua Ajuj menolak keras pertemanan antara Khinanti dan Ajuj yang seorang Tokoh Agama di Desa tersebut.
Singkat cerita, Khinanti yang terlahir sebagai anak cerdas memiliki NEM tertinggi di sekolahnya membuat orangtuanya menyerahkan Khinanti pada kerabatnya di Bandung. Khinanti diminta oleh orangtuanya untuk melanjutkan pendidikan selepas SD, ketika Khinanti dijual oleh orangtuanya dengan harga 50 Kg beras. Khinanti dengan kesedihan yang luar biasa meninggalkan kekecewaan pada orangtuanya dan juga kesedihan yang mendalam ketika harus berpisah dengan Ajuj seorang yang menjadi pelindungnya selama ini. Khinanti yang dijadikan sebagai pembantu di rumah orang yang telah membelinya namun tetap membawa serta kecerdasannya di bangku SMP. Khinanti yang cerdas dan didekati oleh banyak laki-laki membawa Khinanti menjadi sosok yang menutup diri dari pergaulan. Seorang laki-laki yang merusak persahabatan mereka dengan mengungkapkan perasaannya kepada Khinanti, namun dengan cara yang salah mengakibatkan Khinanti tak ingin lagi kenal dengan laki-laki tersebut. Hal ini menyisakan kisah tragis dengan meninggalnya laki-laki tersebut dengan cara gantung diri. Selama di Bandung Khinanti selalu berkirim surat kepada Ajuj tentang hal yang dialami, namun Ajuj tak pernah membalas suratnya sekalipun.
Khinanti telah mengalami kekerasan selama menjadi pembantu Rumah Tangga di Bandung, hingga dijual lagi ke Arab Saudi, Kwait, hingga Khinanti terdampar ke Amerika. Kisah yang entah mampu dijalani oleh banyak orang. Pandangan Khinanti yang menganggap Negara-negara Islam dan penduduk Islam Mayoritas namun tidak menampakkan keIslamannya melalui perlakuannya terhadap sesama manusia. Khinanti yang sejak dari Desanya sebagai seorang muslim, namun seiring perjalanan hidupnya yang penuh liku-liku membuat Khinanti tak lagi menjalankan ritual Ibadah yang seharusnya dilakukan oleh orang muslim.
Hingga suatu waktu Khinanti bertemu dengan seorang perempuan Muslim di Amerika yang menyelamatkan hidupnya. Khinanti mendapatkan perlindungan dari Negara. Tinggal bersama Ibu Negaranya yang mengajarkan banyak hal. Namun satu hal yang membuat Khinanti tak sepaham dengan Ibu Asuhnya, ketika tokoh Asma sebagai ibu asuhnya gencar menyuarakan tentang perempuan-perempuan pemecah kesunyian yang menyuarakan kesetaraan antara kaum laki-laki dan perempuan dalam segala aspek kehidupan, termasuk ketika Asma memimpin shalat berjamaah yang makmumnya ada laki-laki dan perempuan.
Khinanti yang kemudian telah meraih gelar doktornya di New York, Amerika tetap saja menyimpan Ajuj dalam pikirannya, sekitar kurang lebih 20 tahun Khinanti mengimajinasikan Ajuj dalam setiap lembaran hidupnya. Sekitar 113 surat yang dikirimkan Khinanti untuk Ajuj namun tak sekalipun mendapat balasan. Hingga suatu waktu Khinanti berusaha melepaskan semua iamjinasi tentang Ajuj.
Singkat cerita, Khinanti akhirnya kembali ke Indonesia, ke kampung halamannya untuk bertemu Ajuj. Sewaktu Khinanti kembali ke Indonesia, statusnya Khinanti adalah warga negara Amerika yang hampir tak beragama. Kerasnya kehidupan yang memperlakukannya, sampai tak mempercayai agama lagi. Islam, namun tak pernah melakukan kewajiban apapun sebagai seorang muslimah.
Seperti tampak pada kutipan berikut:
“... lagi pula, saya juga bukan muslim yang taat, “Khinanti meraih cangkirnya, meneguk isinya, dua kali. “Atau malah saya tidak yakin masih beragama Islam”... orangtua saya muslim, tetapi sejak kanan-kanak, saya tidak pernah melihat mereka shalat atau pergi ke mesjid. Jadi, saya juga tidak pernah yakin pernah menjadi orang Islam.”
“Anda masih percaya Tuhan?”
“Ya... hanya saya masih mencari siapa namanya...” (Hal. 299)
Namun tidak dengan rasa yang disimpan Khiannti untuk Ajuj. Khinanti tetap saja pada perasaannya yang tak pernah pudar untuk Ajuj. Khinanti rela berkorban demi Ajuj. Segala sesuatu tentang Ajuj selalu saja membuatnya mati rasa.
Kisah yang tak usai membuat pembaca mengimajinasikan sendiri akhir dari perjalanan Khinanti dan Ajuj.  

Kesimpulan
Pahami isinya, cerna kata-katanya, temukan maknanya. 
Buku yang menarik untuk dibaca. 

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Bahasa dan Pikiran

Resensi Novel Metamorfosis: Ketika Zona Aman Tak Lagi Nyaman

Analisis "Pendekatan Mimesis"