Model Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal

https://pixabay.com/id/

MODEL PEMBELAJARAN A’BULO SIBATANG BERBASIS PROYEK

Model pembelajaran adalah pola atau rencana yang dapat digunakan untuk mengoperasikan kurikulum. Merancang materi pembelajaran, dan untuk membimbing belajar dalam setting kelas atau lainnya.
Filosofi A’bulo Sibatang adalah sebatang bambu yang dimaknai sebagai bentuk kesatuan dan kebersamaan yang kuat. Pohon bambu yang sebelum muncul dipermukaan tanah, akarnya telah tersebar luas di dalam tanah dan membuat pondasi yang begitu kuat untuk menopang batang-batang bambu tersebut. Ibaratnya kesatuan kelompok masyarakat ini telah terbentuk sedemikian kuat walaupun kesatuan itu belum muncul. Setelah tumbuh, batang bambu tersusun oleh ruas-ruas yang saling bersama memperkokoh batang bambu. Ibarat dari ruas-ruas tersebut adalah sekelompok orang yang bersatu mempertahankan apa yang mereka miliki dengan cara berhimpun bersama-sama.
Model pembelajaran A’bulo Sibatang berbasis proyek atau Project Based Learning (PjBL) dilakukan untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan dengan penanaman nilai-nilai A’bulo Sibatang yang saling melengkapi dan saling bekerja sama dengan cara membuat karya atau proyek yang terkait dengan materi ajar dan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik.
PjBL memungkinkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar aintifik berupa kegiatan: 1) bertanya; 2) melakukan pengamatan; 3) melakukan penyelidikan atau percobaab; 4) menalar; 5) menjalin hubungan dengan orang lain dalam upaya memperoleh informasi atau data. Misalnya proyek belajar yang dilakukan adalah menyelidiki bagaimana cara mengatasi permasalahan sampah di sekitar sekolah, siswa harus mengamati kondisi di lingkungan sekolah, melakukan penyelidikan tentang sumber sampah dan jenis sampah yang ada.
Model Pembelajaran A’bulo Sibatang adalah  suatu  model  yang  menekankan  pada  sikap atau perilaku  bersama  dalam  bekerja  atau membantu  di  antara  sesama dalam  struktur  kerjasama  yang  teratur  dalam  kelompok, yang  terdiri  atas  dua  orang  atau  lebih.  Keberhasilan  kerja  sangat  dipengaruhi oleh ketkerlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Model Pembelajaran A’bulo Sibatang  ini  juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru,  melainkan  bisa  juga  dari  pihak  lain  yang  terlibat  dalam  pembelajaran  itu, yaitu teman sebaya. Jadi keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.
Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning (PjBL), adalah:
1.      Penyajian permasalahan
Permasalahan diajukan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan awal yang diajukan adalah pertanyaan esensial (penting) yang dapat memotivasi siswa untuk terlibat dalam belajar. Permasalahan yang dibahas adalah permasalahan dunia nyata yang membutuhkan investigasi mendalam.
2.      Membuat perencanaan
Guru perlu merencanakan standar kompetensi yang akan dikaji ketika membahas permasalahan. Kompetensi yang dikaji sebaiknya mencakup konsep penting yang ada dalam kurikulum.
3.      Menyusun penjadwalan
Siswa harus membuat penjadwalan pelaksanaan proyek yang disepakati bersama guru.
4.      Memonitor pembuatan proyek
Pelaksanaan pekerjaan siswa harus dimonitor dan difasilitasi prosesnya.
5.      Melakukan penilaian
Penilaian dilakukan secara autentik dan guru perlu memvariasikan jenis penilaian yang digunakan. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/ waktu tertentu.
6.      Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada siswa dalam melakuakn refleksi pembelajaran yang telah dilakukan baik secara individual maupun kelompok.

Langkah-langkah Model Pembelajaran A’bulo Sibatang Berbasis Proyek:
1.      Guru menyampaikan tujuan, motivasi, dan kompetensi yang akan dicapai.
2.      Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok berdasarkan jumlah siswa di dalam kelas dengan memerhatikan (prestasi, jenis kelamin, suku, dll).
3.      Peserta didik duduk berdasarkan kelompoknya. Ini dimaksudkan agar komunikasi antarteman kelompok telah terjalin sehingga pada saat pengerjaan tugas, peserta didik sudah saling membangun komitmen yang kuat untuk menyelesaikan tugas tersebut seperti konsep A’bulo Sibatang.
4.      Sebelum guru menyajikan permasalahan kepada setiap kelompok, terlebih dahulu guru memberikan penjelasan singkat tentang teks laporan observasi. Ini dimaksudkan agar peserta didik memiliki informasi awal tentang proyek yang akan diselesaikan.
5.      Guru menyajikan permasalahan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan esensial (penting) yang dapat memotivasi siswa untuk terlibat dalam belajar. Permasalahan yang dibahas adalah permasalahan dunia nyata yang membutuhkan investigasi mendalam.
6.      Guru memberikan permasalahan kepada siswa dengan memeprtimbangkan tingkat kesulitan. Permasalahan yang terlalu mudah tidak memberikan tantangan kepada siswa untuk menyelesaikan proyek dari guru.
7.      Guru memotivasi siswa dengan penanaman nilai A’bulo Sibatang bahwa proyek yang dikerjakan tanpa sumbangsih dari semua anggota kelompok mustahil dapat terselesaikan dengan baik. 
8.      Peserta didik mendiskusikan tentang perencanaan proyek terkait dengan pernyelesaian permasalahan yang diidentifikasi.
9.      Peserta didik membuat proyek dengan memahami konsep yang terkait dengan materi pelajaran.
10.  Peserta didik menyelesaikan proyek yang diberikan oleh guru. Anggota kelompok yang kurang memahami proyek tersebut dapat mendiskusikan kembali bersama teman kelompoknya. Agar semua angota kelompok mengerti tentang proyek yang dikerjakan.
11.  Guru melakukan penilaian terhadap proyek yang dikerjakan oleh peserta didik. Karena pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan hasil belajar dalam bentuk pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill atau psikomotor), dan sikap (attitude atau afektif), maka penilaiannyapun dilakukan untuk ketiga ranah ini. Bentuk penilaian dapat berupa tes atau nontes.
12.  Evaluasi.
Evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1)      Menyuruh mengoreksi pekerjaan siswa masing-masing berdasarkan refleksi dari guru
2)      Menyuruh siswa mempertukarkan karyanya dengan temannya lalu melaporkan secara lisan skor yang dicapai oleh temannya.













DAFTAR PUSTAKA


Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Rajawali Pers.

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.








Comments

Popular posts from this blog

Makalah Bahasa dan Pikiran

Resensi Novel Metamorfosis: Ketika Zona Aman Tak Lagi Nyaman

Landasan Aksiologi