Landasan Aksiologi
https://pixabay.com/id/ |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aksiologi
merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan
ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu
axios yang artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi
aksiologi adalah teori tentang nilai dalam berbagai bentuk. Dalam kamus Bahasa
Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia
tentang nilai-nilai khususnya etika.
Pembahasan
aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai.
Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan
nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu
tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya menimbulkan bencana. Dalam perkembangan
sejarah etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu,
hedonisme, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah padangan
moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan.
Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan, tujuan manusia
adalah mendapatkan kebahagiaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah aksiologi itu?
2. Bagaimanakah nilai kegunaan ilmu?
3. Bagaimanakah moralitas dijadikan sebagai dasar pijakan
manusia?
4. Bagaimanakah hubungan ilmu dan agama?
5. Bagaimanakah tanggung jawab sosial ilmuwan?
6. Bagaimanakah penjabaran ilmu pengetahuan bebas nilai?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk menjelaskan definisi aksiologi.
2. Untuk mendeskripsikan nilai kegunaan ilmu.
3. Untuk mendeskripsikan moralitas dijadikan sebagai
dasar pijakan manusia.
4. Untuk mendeskripsikan tanggung jawab sosial ilmuwan
5. Untuk mendeskripsikan hubungan ilmu dan agama.
6. Untuk mendeskripsikan penjabaran ilmu pengetahuan
bebas nilai.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh dari makalah ini yakni dapat menjadi
tambahan bacaan bagi pembaca yang ingin mempelajari lebih jauh tentang
aksiologi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian aksiologi
Aksiologi adalah asas mengenai
cara menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistemologis diperoleh dan
disusun.
Aksiologi berasal dari bahasa
Yunani, kata axio (nilai, value: Inggris) dan logos (perkataan,
pikiran, ilmu). Jadi, aksiologi berarti ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat nilai, yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
Dari definisi aksiologi di atas,
terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah
sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan
estetika. Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalam
pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana dijumpai dalam
kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan
simbolik atau pun fisik material.
Aksiologi terdiri dari analisis
tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka
menciptakan atau menemukan suatu teori nilai. Terdapat dua kategori nilai,
yaitu: 1) objectivisme dan 2) subjectivisme.
Menurut Jalaluddin (dalam Fautanu, 2012: 203), Aksiologi terbagi tiga
bagian:
1) Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin
khusus yaitu etika.
2) Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan
keindahan.
3) Socio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan
melahirkan filsafat sosial politik.
B. Aksiologi: Nilai Kegunaan Ilmu
Aksiologi merupakan dimensi yang
berkaitan dengan ilmu dan moral atau nilai yang menjadi acuan seorang ilmuwan,
dan tanggung jawab sosial ilmuwan. Kegunaan ilmu tidak pernah lepas dari
kepentingan manusia, artinya ilmu harus membawa dampak positif bagi manusia.
Teori tentang nilai dalam
filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika dimana makna etika
memiliki dua arti yaitu merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian
terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan
perbuatan, tingkah laku, atau yang lainnya. Nilai itu bersifat objektif,
tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai
tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang
melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat
individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi
subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia
menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu
memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti
perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak
senang. Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat
berhutang kepada ilmu dan teknologi, sains dan teknologi dikembangkan untuk
memudahkan hidup manusia agar lebih mudah dan nyaman.
Menurut Francis Bacon seperti
yang dikutip oleh Jujun, S. Suriasumatri bahwa pengetahuan adalah kekuasaan.
Ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan
hidupnya dan ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk
melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya. Nilai kegunaan ilmu,
untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu
digunakan dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal,
yaitu:
1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan
mereaksi dunia pemikiran. Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut
mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu
sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya
mempelajari teori-teori filsafatnya.
2. Filsafat sebagai pandangan hidup: Filsafat dalam
posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan
dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya
ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu di depan pintu,
setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah.
Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan.
C. Moralitas sebagai Dasar Pijakan
Manusia
Penerimaan sebuah nilai erat
kaitannya dengan upaya-upaya rasional manusia dalam mencari
pembuktian-pembuktian yang meyakinkan dirinya akan kebenarannya, sehingga dapat
menemukan pegangan hidup yang akan menuntun manusia menjalani kehidupan di
dunia.
Oleh karena itu, pertanyaan
spesifik yang diajukan adalah seperti apa “yang baik” atau “yang tidak baik”,
dan “yang pantas” atau “yang tidak pantas”.
Standar moral manusia banyak
ditentukan oleh tingkat perkembangan sosialnya, intelegensinya, dan ilmu
pengetahuan yang berkembang. Moralitas tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
manusia sebagai pembuka bagi kehidupan yang lebih maju ke arah kehidupan yang
membahagiakan dan penuh makna.
Ada tiga unsur yang
tidak bisa lepas dari nilai yaitu:
1) Nilai berhubungan dengan subjek. Artinya keberadaan
suatu nilai lahir dari penilaian subjek, namun ini tidak berarti menjadikan
keputusan nilai bersifat subjektif dan meniadakan hal-hal lain di luar dirinya.
2) Nilai tampil dalam konteks praktis, artinya nilai moral
berkaitan dengan aktivitas seseorang.
3) Apa yang disebut sebagai nilai moral tidak dapat
terlepas dari karakteristik pengertian umum dari nilai tersebut. Misalnya
istilah “kejujuran”, kejujuran sebagai nilai, ketika disertakan dalam sebuah
tindakan akan menghasilkan sebuah perilaku moral.
Karaktersitik nilai moral akan
berimplikasi pada kehidupan manusia sebagai subjek nilai, yakni:
a. Akan selalu berkaitan dengan tanggung jawab manusia
sebagai makhluk bebas.
b. Berkaitan dengan hati nurani, pada prinsipnya nilai
moral menuntut perwujudan dalam tindakan manusia.
c. Berkaitan dengan kewajiban, nilai moral akan
melahirkan kewajiban moral.
D. Ilmu dan Agama
Dalam pandangan saintis, agama dan
ilmu pengetahuan mempunyai perbedaan. Bidang kajian agama adalah metafisik, sedangkan
bidang kajian sains / ilmu pengetahuan adalah alam empiris. Sumber agama dari Tuhan,
sedangkan ilmu pengetahuan dari alam.
Dari segi tujuan, agama berfungsi
sebagai pembimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagia didunia dan di
akhirat. Adapun sains / ilmu pengetahuan berfungsi sebagai sarana mempermudah
aktivitas manusia di dunia. Kebahagiaan di dunia, menurut agama adalah
persyaratan untuk mencapai kebahagaian di akhirat.
Ilmu pengetahuan
tidak dapat dipisahkan dari agama. Alquran merupakan sumber intelektualitas dan
spiritualitas. Alquran merupakan sumber rujukan bagi agama dan segala
pengembangan ilmu pengetahuan. Alquran merupakan sumber utama inspirasi
pandangan orang islam tentang keterpaduan ilmu pengetahuan dan agama. Manusia
memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber dan melalui banyak cara dan jalan,
tetapi semua pengetahuan pada akhirnya berasal dari Tuhan. Dalam pandangan Alquran,
pengetahuan tentang benda-benda menjadi mungkin karena Tuhan memberikan
fasilitas yang dibutuhkan untuk mengetahui. Para ahli filsafat dan ilmuan
muslim berkeyakinan bahwa dalam tindakan berpikir dan mengetahui, akal manusia
mendapatkan pencerahan dari Tuhan Yang Maha mengetahui sesuatu yang belum
diketahui dan akan diketahui dengan lantaran model dan metode bagaimana
memperolehnya.
E. Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan
Ilmu merupakan hasil karya
perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat.
Sekiranya hasil karya itu memenuhi syarat-syarat keilmuan maka imu itu diterima
sebagai bagian dari kumpulan ilmu pengetahuan dan digunakan oleh masyarakat
tersebut. Penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan pengunaan
ilmu bersifat sosial.
Sikap sosial seorang ilmuwan
adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan. Ilmu itu
sendiri netral dan para ilmuwanlah yang memberinya nilai. Karakteristik lain
dari ilmu terletak dari cara berpikir untuk menemukan kebenaran. Manusia dalam
usaha untuk menemukan kebenaran itu menempuh cara yang bermacam-macam.
Seorang ilmuwan pada hakikatnya
adalah manusia yang biasa berpikir dengan teratur dan teliti. Bukan saja jalan
pikirannya mengalir melalui pola-pola yang teratur namun juga segenap materi
yang menjadi bahan pemikirannya dikaji dengan teliti. Seorang ilmuwan tidak
menolak atau menerima sesuatu secara begitu saja tanpa suatu pemikiran yang
cermat.
F. Ilmu Pengetahuan Bebas Nilai
Bebas nilai yang dimaksudkan adalah
tuntunan terhadap suatu kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu
pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan menolak campur tangan faktor
eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Paling tidak ada tiga faktor sebagaimana indikator bahwa ilmu pengetahuan itu
bebas nilai, yaitu sebagai berikut :
1. Ilmu harus bebas dari pengandaian, yakni bebas dari
pengaruh ekstensi seperti faktor politis, ideologis, agama, budaya, dan unsur-unsur
kemasyarakatan lainnya.
2. Perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu
pengetahuan terjamin. Kebebasan itu menyangkut kemungkinan yang tersedia dan
penentuan diri.
3. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis
yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri
bersifat universal.
Sejak
manusia membutuhkan ilmu pengetahuan, sejak itu pula ada nilai-nilai yang
ditargetkan. Fungsi dan manfaat yang diperoleh dari ilmu pengetahuan merupakam
tujuan akhir dari semua pengetahuan, kinerja pengetahuan pengetahuan yang tidak
pernah luput dari nilai.
Ada
lima hal yang perlu diperhatikan kaitannya dengan makna nilai, yaitu:
1. Nilai sebagai panduan hidup manusia
2. Nilai sebagai tujuan hidup manusia
3. Nilai sebagai pilihan normatif
4. Nilai sebagai hakikat semua pengetahuan.
5. Nilai sebagai kesadaran tertinggi dari seluruh
kesadaran manusia tentang motif-motif dan bentuk sebuah tindakan yang berakar
pada nalar dan tolak ukur yang terjadi jaminan tercapainya tujuan perilaku
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan sebagai berikut: Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal
dari kata axios artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Aksiologi merupakan cabang
filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Kaitan Antara Aksiologi Dengan
Filsafat Ilmu adalah Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat
subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek
atau kesadaran yang menilai.
B. Saran
Seorang pendidik hendaknya tahu
akan pentingya hakekat nilai yang akan diajarkan kepada para anak didiknya,
sehingga anak didik mengetahui etika keilmuan yang bermoral dalam ilmu yang dipelajarinya.
Semoga makalah ini bisa menjadi bahan acuan dan
semangat untuk mengkaji dan membuat makalah yang semakin baik. Pembahasan makalah ini mungkin masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis masih membutuhkan saran dan perbaikan dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, Jujun S. 2009.
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Fautanu,
Idzam. 2012. Filsafat Ilmu Teori dan Aplikasi. Jakarta: Referensi.
Comments
Post a Comment